Menulis untuk Terapi
Kadang rutinitas menulis bagi sebagian orang itu lebay. Ada yang bilang ngapain? Oh lagi mendongeng kah? Hehe, saya cuma bisa tersenyum dalam hati.
Menulis bagi saya pribadi adalah aktifitas yang menyenangkan untuk berekspresi. BJ Habibie juga pernah bilang, menulis juga termasuk salah satu bentuk terapinya.
Ya bener. Menulis itu memang jadi sesuatu yang melegakan. Kadang mengabadikan moment gak mesti lewat sebuah gambar. Bisa juga lewat tulisan.
Kalo ditelusuri ke belakang, kenapa jadi suka menulis? Gak ingat gimana pastinya ya, mungkin dimulai dari hobi yang suka Membaca. Dari kecil memang aku suka banget baca, sering banget minjam buku di Perpus entah itu Dongeng, Komik, Novel. Dan aku juga suka baca Artikel entah itu di Majalah, Koran, dll. Kalo SD Langganan sama Majalah Bobo, Ina, Aku Anak Sholeh. Ketika masuk SMP majalahku ya Gadis, Gaul, Aneka Yess. Masuk SMA, majalahku berubah jadi Femina, Nova, hehehe.
Yang akhirnya berkesinambungan tuh, dari suka membaca jadi suka menulis juga. Mengekspresikan segala sesuatunya lewat tulisan.
Aku juga inget dulu aku tuh juga suka Korespondensi, Surat Menyurat. Misal, pas aku baca Majalah Bobo nih, aku ada lihat sebuah Karya yang bagus banget yang dimuat di Majalah Bobo. Nah disana kan tertera alamat yang punya Karya, jadilah aku ngirim surat buat dia cuma buat bilang hasil karyamu bagus. Dapat balasan Kartu Lebaran Pop-up versi jadul.
Memasuki bangku SMP, aku mulai mencatat keseharianku disebuah Diary. Waktu itu belum ada Blogger. Diaryku yang gambarnya F4 alias Fantastic Four haha. Itu Diary tebel banget, tapi isinya penuh sama tulisanku. Dan sekarang hilang entah kemana huhuhu.
Bahkan aku tipikal orang yang say it with Love Letter. Apapun yang pengen aku ungkapin ke seseorang, aku tulis lewat sebuah tulisan alias Surat. Sereceh ketika tiba saatnya menggaji Karyawan, gak cuma Slip Gaji aja tuh yang aku kasih. Tapi plus Love Letternya juga hehehe walaupun sekedar say Thanks. Itu yang jadi salah satu alasan ketika Karyawanku yang Resign, mereka juga jadi bikin Love Letter buat aku, hiks.
Ya begitulah sedikit perjalanan kenapa saya suka Menulis. Walaupun mungkin kebanyakan tulisannya gak penting, ngalur ngidul, bahasa yang masih acakadut. But it's ok. Karena ketika saya menulis, saya memposisikan diri saya sebagai the only audience. Cuma saya seorang. I write for me, not for anyone else.