Marisa Astuti

Merica.

Sebutanku untuknya. Mungkin aku satu-satunya orang yang memanggilnya dengan nama Merica. Dan dia adalah satu-satunya orang yang memanggilku dengan sebutan Mentega.

Bukan tanpa alasan untukku memanggilnya denga sebutan Merica. Dikarenakan aku tipikal orang yang susah menyebut nama orang yang berakhiran Sa, jadilah kupanggil Ca. Kepanjangannya Merica.

Pertemanan kami diawali karena kami yang duduk sebangku di SMA. Semenjak itu kami jadi dekat banget. Lulus SMA, kami daftar kuliah sama-sama. Marisa.. yang pertama kali ngenalin dunia luar. Secara aku dulu adalah anak rumahan, wkwk.

Sabar banget waktu tes masuk kuliah, dia bonceng aku kemana-mana. Sampai akhirnya kami keterima di Universitas Mulawarman dengan jurusan yang berbeda. Aku di Fakultas Hukum sementara Marisa di Fakultas Sosial dan Politik.

Pokoknya Marisa yang udah nemenin aku ngurus ini itu waktu awal-awal masuk kuliah. Aku yang setiap jalan sama dia, selalu nyatet arah jalan. Misal mau ke Samarinda Central Plaza, aku catet. Harus lewat sini, trus belok kiri ketemu Jalan Blablabla. Pernah dia ngomel dengan bahasa kutainya "Ya Allah gala dicatat hak, ndia jua hapal sorang". Yang artinya Ya Allah pake acara dicatat, nanti juga hapal sendiri, wkwkwk. Maklum, zaman itu belum ada Maps.

Ingat banget gimana kami berjuang SNMPTN, tidur dirumah Kakak Marisa di Jalan Pemuda 3. Dibonceng pake motor Satria Hitamnya. 

Trus selama Kuliah berlangsung, kami jarang banget ketemu & kontek karena kesibukan masing-masing. Sampai akhirnya masuk ke waktu KKN. Disini Aku sama Marisa kontek-kontekan lagi ngerencanain buat KKN bareng.

Yang awal rencananya mau KKN di Tenggarong, malah KKN di Balikpapan. Aku yang gak bisa jauh-jauh dari Tenggarong akhirnya manut kalah suara sama mereka yang maunya KKN di Balikpapan. Waktu itu sempat kesal sama Marisa. Kan dia Sekretaris, dia yang ngusulin di Tenggarong, kenapa dia malah nge-iyain KKN di Balikpapan.

Tapi lama-lama aku yang gak mau pulang hahaha, betah banget di Balikpapan.

Selama KKN berlangsung juga banyak banget kejadian-kejadian yang bikin aku sama Marisa berantem. Kayak aku yang cemburu ngeliat Marisa dekat sama Abdan. Sebenarnya cemburunya bukan cemburu yang gimana. Karena pada awalnya Abdan itu teman aku 1 genk, aku yang lebih duluan kenal sama Abdan. Tapi kenapa Abdan apa-apa dan kemana-mana malah sama Marisa. Padahal bisa dimaklumin lah karena si Abdan itu Ketua Kelompok KKN kami dan Marisa jadi Sekretarisnya. Cuma ih aku gak suka deh Abdan lebih perhatian sama dia.

Akhirnya aku yang caper. Turun kerja barengan, mereka terus, aku belok muter-muter gak tau jalan, menyesatkan diri sendiri hahaha. Pulang malam, sampai rumah mereka dah khawatir. Akhirnya dari situ, tiap mereka jalan selalu dibelakang motorku haha.

Marisa yang masakin kami di Posko. Masakannya enak-enak, jujur. Marisa yang always care sama aku apalagi ketika aku jatuh di Toilet Posko.

Sampai akhirnya kami selesai KKN sama-sama. Kamu nikah sama Faisal. Sebelum nikah, nyempetin ngumpul sama Tuti dirumahku. Aku juga yang jadi saksi percintaan Marisa dan Faisal sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.

Trus perjalanan Marisa nunggu Allah titipkan anak juga bukan waktu yang lama. Tapi Marisa always looks happy, gak pernah ada keluhan, kesedihan. Dia selalu positif thingking, gak lupa dia juga ikhtiar. Sampai waktunya Allah amanahkan kehadiran Mu'adz sebagai Anak Pertama dan Zaid sebagai Anak kedua.

Ca. 
Maaf ya, Ca. Selama jadi teman, aku terkesan cuek. Padahal awak selalu antusias tiap chat-an dengan aku.

Sampai hari ini aku masih nangis, Ca. Tiap ada yang nanya tentang kamu, tiap cerita tentang kamu, nyesek. Kadang masih gak percaya kalo kamu harus pergi secepat itu.

Gak ada lagi Ca yang antusias tiap lebaran kerumah Tuti, makan masakan Tuti. Gak ada lagi yang kutengokin tiap kali lewat Timbau. Ca maaf aku masih nangis, aku sedih beneh ca kehilangan teman gak awak.

Semoga Mu'adz dan Zaid selalu sehat, selalu dalam lindungan Allah, tumbuh jadi anak Sholeh yang senantiasa menjaga akhlaknya, menjaga hafalan Qur'annya dan mendoakan Ummanya yang sudah tiada.

U'll always be missed, Cha.

Al-Fatihah, Marisa Astuti binti Basri.
Semoga Allah lapangkan kubur Marisa, Allah jauhkan Marisa dari siksaan Kubur. 

Postingan populer dari blog ini

Pejuang Garis Satu

Ayah Dina Ngurir

Manasik Haji