Pertama Kali Berjilbab




Everything starts from here. Awal mula aku berjilbab dimulai dari sini..

Sebenarnya keinginanku untuk berjilbab sudah ada sejak lama. Hanya karena berbagai alasan, kuurungkan untuk mengenakannya. Alasannya apa? Banyak.. Takut gak cocoklah, takut keliatan kayak mak2, masih belum bisa ninggalin pakaian sexy, secara pakaianku sebelum berjilbab kayak pakaian kurang bahan hehe dan berbagai macam alasan lainnya wkwkwk.

Tiba suatu saat aku harus KKN di Balikpapan, disinilah titik balik hijrahnya pakaianku. 

"Di Balikpapan nanti aku mau pakai jilbab ah, toh gak ada yang ngenalin aku selain teman-teman kelompok KKN-ku", gumamku dalam hati seraya memasukkan pakaian yang akan kubawa ke Balikpapan nanti kedalam tas. 

Aku ditempatkan di Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial Kota Balikpapan. Disini aku mulai memberanikan diri mengenakan jilbab, mulai bersahabat dengan yang namanya jilbab, ciput dan bros. Hehehe kalo diingat lucu juga ya. Aku gak begitu banyak punya koleksi baju lengan panjang. Jadi selama di Balikpapan, baju yang kubelipun baju lengan panjang. Tapi selama KKN itu aku gak yang selalu berjilbab sih, terkadang jilbabnya aku lepas. Maklum, masih penyesuaian, masih lepas pasang jilbab waktu itu.

2 bulan di Balikpapan, teman-teman yang mengenaliku sudah terbiasa dengan aku yang berjilbab. Makin hari, makin sini aku juga mulai nyaman dengan jilbabku. Ditambah di Kantorku ada seorang pegawai disana yang pakaiannya menutup sempurna. Mbak cantik sholehah yang suka bergamis, berjilbab lebar menutup dada lengkap dengan kaos kakinya. Ya, namanya Mbak Nia. Maasyaa Allah, beliau ini mulai dari penampilan, tutur kata yang halus, lembut dan santun, benar-benar adem dilihatnya. Beliau selalu menasehatiku bagaimana harusnya Muslimah berpakaian. Aku diajak ke Galeri ZOYA, pertama kalinya aku kenal Brand Zoya lewat Mbak Nia hehehe. 

1 pesan yang selalu aku ingat dari Mbak Nia sebelum aku pulang ke Samarinda, adalah :
"Jangan berpakaian menyerupai laki-laki. Dik Mega bisa pakai rok kalau memang belum bisa pakai gamis. Nanti pelan-pelan kakinya ditutup pakai kaos kaki, karena kaki adalah aurat, jadi harus ditutupin. Jangan tinggalkan sholat, rajin-rajin mengajinya", pesan Mbak Nia dengan medok Jawanya yang masih kental banget.

❤❤❤

Setelah KKN berakhir, aku kembali dengan aktivitas dan penampilanku seperti biasa, tidak mengenakan jilbab. Ada rasa berat sebenarnya untuk melepas lagi jilbabku, tapi satu sisi aku masih merasa malu, takut diejek gak cocok berjilbab sama teman-temanku. Tapi pelan-pelan walaupun aku belum berjilbab, aku mengganti jeansku dengan rok. Jadilah aku yang kemana-mana pakai rok. Ke Kampus pakai rok, hahaha suatu pakaian yang gak biasa kukenakan. Sebenarnya sebelum Mbak Nia menasehati aku perkara celana, aku sudah tahu sejak lama, bahwa celana itu selain menyerupai laki-laki tapi juga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh. Itu kenapa seorang Muslimah diwajibkan memakai rok ataupun gamis.

Akhirnya aku mulai mengganti semua jeansku dengan rok. Dan saat itu berburu rok adalah hobiku. Bagaimana tidak? Untuk mendapatkan ukuran rok yang pas di aku itu susah banget. Dulu aku gak segendut sekarang, lingkar perut bukan menjadi masalah. Beda sama sekarang, lingkar perut jadi masalah banget, hahaha. Dulu itu yang jadi masalah dari susah menemukan rok yang pas adalah panjang rok yang nanggung. Ada yang katung, kependekan, tengkes, pokoknya susah banget nemuin ukuran rok yang pas untuk tinggi 170cm ini, hahaha.

Dan alih-alih mencari rok aku malah mampir ke toko jilbab dan ada beberapa jilbab yang menarik perhatianku, lalu kuputuskan untuk membeli jilbab itu. Jilbab Paris dengan banyak warna.

Dulu musimnya jilbab atau pashmina Dian Pelangi, Kamiidea, dengan warna dan motif yang abstrak. Tapi, panutanku dalam berjilbab adalah Oki Setiana Dewi. Mengingatkanku dengan sosok Mbak Nia. Kerudung segiempat yang menjuntai ke dada, jilbab yang terlihat seperti anak madrasah aliah atau anak pesantren, Tapi, membawa keteduhan tersendiri saat memakainya.

Sesampainya di Kost, jilbab yang baru saja kubeli itupun kufoto lalu kuposting, kujadikan status di BBM. Waktu itu masih jamannya pakai BBM alias Blackberry Messenger, hehe.

Kuposting dengan caption "Senangnya. Nambah lagi koleksi Jilbab 😍", tulisku singkat.

Gak lama setelah aku posting ada seorang temanku yang mengomentari postinganku, "Jangan cuma dikoleksi tapi dipakai juga", katanya. 

Haha singkat tapi iya juga sih. Untuk apa dikoleksi kalau gak dipakai?

Dan pada saat semester akhir dibangku kuliah, aku mulai jarang bertemu dengan teman-temanku. Teman-temanku se-angkatanku sibuk menyelesaikan skripsinya. Disitulah aku memberanikan diri untuk memakai jilbab ke Kampus. Pertama kali berjilbab ke Kampus berkali-kali ngaca, ini jilbab udah bener padahal tapi balik lagi ngaca, dibenerin lagi. Belum juga nyampai kampus, jilbabnya udah kusut gara-gara dibenerin terus saking merasa gak pedenya, wkwkwk 😂

Respon teman-teman yang ngeliat aku berjilbab gimana? Ada yang "cie-ciein", "Maasyaa Allah", "nah gitu dong", ada yang begitu baru papasan sama aku gak banyak ngomong cuma langsung ngacungin jempol melihat perubahanku  dan berbagai komentar lainnya. Hahaha, mengingat moment itu jadi bikin senyum-senyum sendiri.

❤❤❤

Dari rok, pelan-pelan aku mengenakan gamis. Dan mencari gamis dengan ukuran yang pas. Itupun aku merasa jadi kayak mak-mak, wkwkwk. Kalo sekarang mah memang sudah mamak-mamak 😂 Aku ingat dulu pernah pergi ke warung depan kost pakai gamis, sama ibu warungnya ditanya,

"Mau ke Undangan kah mbak?", tanyanya serius. 

Hahaha, aku tertawa dalam hati. "Tuh kan, pakai gamis dikira mau kondangan, hufttt", batinku. 

Lalu kujawab "Gak, Bu. Mau kesini aja", jawabku singkat.

"Owalah kok pakai baju kurung, rapi bener, ibuk jadi pangling, kirain mau ke undangan gitu", kata beliau dengan polosnya.

Belum lagi cerita aku memakai kaos kaki, temanku langsung worry saat tau aku berkaos kaki. Dalam pikirannya, apabila sudah sampai tahap mengenakan kaos kaki, sudah kayak teroris, wkwkwk. Dulu mengenakan gamis dan kaos kaki adalah hal yang masih jarang di Masyarakat, terlihat aneh. Mereka cuma belum tahu, bahwa Kaki juga termasuk aurat yang harus ditutupi. Beda sama sekarang, sudah mulai banyak yang mengenakan Kaos Kaki. Sudah tidak se-tabu dulu.

❤❤❤

Begitulah... 
Tulisan ini diambil dari kisah pengalamanku sendiri. Keberanianku untuk berjilbab dimulai pada saat aku KKN di Balikpapan. Dan aku bersyukur ditempatkan di Balikpapan. Gak cuma pengalaman kerja yang kudapat, tapi aku banyak dapat pengalaman spiritual. Dan niatku untuk berjilbab juga semakin kuat saat dipertemukan dengan Mbak Nia, yang gak sungkan menegur cara berpakaianku, menasehati aku.

Dan sekarang aku kehilangan kontak Mbak Nia, bingung mau hubungin Mbak Nia kemana? Cari nomor handphone Mbak Nia dimana? Kabar terakhir yang kutahu, Mbak Nia sekarang sudah tidak kerja di Balikpapan lagi, sudah pulang kampung. Kampungnya di Daerah Jawa tapi aku lupa tepatnya dimana.

Dear Mbak Nia...
Entah gimana caranya, semoga suatu saat Allah mengizinkan kita untuk bertemu lagi. Terima Kasih untuk nasehat-nasehat yang Mbak Nia sampaikan ke Mega. Semoga apa yang Mbak Nia sampaikan bisa jadi amal jariyah untuk Mbak Nia..






Postingan populer dari blog ini

Pejuang Garis Satu

Ayah Dina Ngurir

Manasik Haji